EDISI 1732
“… Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa.” (H.R An-Nasai).
– Amalan yang dianjurkan:
1) Memperbanyak puasa.
Untuk menutupi kekurangan puasa wajib di bulan Ramadhan.
2) Membaca Al Quran
“Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al-Qur’an)...” [1]
3) Beramal shalih secara umum
Agar terlatih untuk beramal di Ramadhan. [2]
4) Menjauhi perbuatan syirik
5) Menjauhi permusuhan di antara kaum muslimin
“Sesungguhnya Allah muncul di malam pertengahan bulan Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin (orang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya).” (H.R. Ibnu Majah).
– Menurut jumhur, menghidupkan malam pertengahan bulan Sya’ban adalah sunnah, namun tidak dilakukan secara berjamaah. Sebagian ulama memandang tidak ada keutamaan khusus darinya.
– Simak faidah lainnya dalam buletin selengkapnya
[x] (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 138).
[y] (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 130).
<<<>>>
Bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan. Bulan ini memiliki banyak keutamaan. Ada juga ibadah-ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada bulan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengisinya dengan memperbanyak berpuasa di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan.
Banyak yang melalaikannya
Banyak orang menyepelekan dan melalaikan bulan ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan hal tersebut dalam hadits berikut.
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata, “Wahai Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa.” (H.R An-Nasai. Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan An-Nasai).
Amalan-amalan apa yang disyariatkan pada bulan ini?
Ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah dan para ulama terdahulu pada bulan ini. Amalan-amalan tersebut adalah sebagai berikut:
- Memperbanyak puasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa pada bulan ini, tidak seperti pada bulan-bulan yang lain.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya dia berkata, “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.” (H.R. Bukhari).
Begitu pula istri beliau, Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Saya tidak pernah mendapati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (H.R. An-Nasai dan At-Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hampir berpuasa sepanjang Sya’ban. Para ulama menyebutkan bahwa puasa di bulan Sya’ban meskipun hanya puasa sunnah, tetap memiliki peran penting untuk menutupi kekurangan puasa wajib di bulan Ramadhan. Seperti shalat fardhu, shalat fardhu memiliki shalat sunnah rawatib, yaitu qabliyah dan ba’diyah. Shalat-shalat tersebut bisa menutupi kekurangan shalat fardhu yang dikerjakan. Sama halnya dengan puasa Ramadhan, dia memiliki puasa sunnah di bulan Sya’ban dan puasa sunnah enam hari di bulan Syawwal. Orang yang memulai puasa di bulan Sya’ban in syaa Allah tidak terlalu kesusahan menghadapi bulan Ramadhan.
- Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an mulai diperbanyak dari awal bulan Sya’ban, sehingga ketika menghadapi bulan Ramadhan, seorang muslim akan bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Qur’annya. Salamah bin Kuhail rahimahullah berkata,
“Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulannya para qurra’ (pembaca Al-Qur’an). Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin Qais rahimahullah apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an.” (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 138).
- Mengerjakan amalan-amalan shalih
Seluruh amalan shalih disunnahkan dikerjakan di setiap waktu. Untuk menghadapi bulan Ramadhan para ulama terdahulu membiasakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Sya’ban, sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika di bulan Ramadhan. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan,
“Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” Dan dia juga mengatakan,
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 130).
- Menjauhi perbuatan syirik dan permusuhan di antara kaum muslimin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik dan orang-orang yang tidak memiliki permusuhan dengan saudara seagamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah muncul di malam pertengahan bulan Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin.” (H.R. Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).
Musyahin adalah orang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga secara khusus mengabarkan tentang orang yang memiliki permusuhan dengan saudara seimannya.
“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis dan akan diampuni seluruh hamba kecuali orang yang berbuat syirik kepada Allah, dikecualikan lagi orang yang memiliki permusuhan antara dia dengan saudaranya. Kemudian dikatakan, ‘Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai’.” (H.R. Muslim).
Oleh karena itu sudah sepantasnya kita menjauhi segala bentuk kesyirikan, baik yang kecil maupun yang besar, begitu juga kita menjauhi segala bentuk permusuhan dengan teman-teman muslim kita.
- Bagaimana hukum menghidupkan malam pertengahan bulan Sya’ban?
Pada hadits di atas telah disebutkan keutamaan malam pertengahan bulan Sya’ban. Apakah di-sunnah-kan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah? Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:
“… Dan shalat Raghaib adalah ibadah yang diada-adakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah shalat seperti itu dan tidak ada seorang pun dari Ulama’ terdahulu melakukannya. Adapun malam pertengahan di bulan Sya’ban, di dalamnya terdapat keutamaan, dulu di antara kaum salaf (orang yang terdahulu) ada yang shalat di malam tersebut. Akan tetapi, berkumpul-kumpul di malam tersebut untuk menghidupkan masjid-masjid adalah pekara yang diada-adakan, begitu pula dengan shalat alfiyah.” (Al-Fatawa Al-Kubra (V/344)).
Jumhur ulama memandang bahwa menghidupkan malam pertengahan di bulan Sya’ban dengan berbagai macam ibadah adalah sunnah. Tetapi hal tersebut tidak dilakukan secara berjamaah (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah (XXXIV/123)). Sebagian ulama memandang tidak ada keutamaan ibadah khusus pada malam tersebut, karena tidak dinukil dalam hadits yang shahih atau hasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau pernah menyuruh untuk beribadah secara khusus pada malam tersebut. Hadits yang berbicara tentang hal tersebut lemah.
- 6. Bagaimana hukum berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban?
Mengkhususkan puasa di siang pertengahan bulan Sya’ban tidak dianjurkan untuk mengerjakannya. Bahkan sebagian ulama menghukumi hal tersebut perkara yang diada-adakan dalam agama.
Adapun hadits yang berbunyi, “Apabila malam pertengahan bulan Sya’ban, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang harinya.” Maka hadits tersebut adalah hadits yang palsu (maudhu’), sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi, jika kita ingin berpuasa pada hari itu karena keumuman hadits tentang sunnah-nya berpuasa di bulan Sya’ban secara umum, atau karena itu termasuk puasa di hari-hari biidh (ayyaamul-biidh, yaitu puasa tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah), maka hal tersebut tidak mengapa. Yang diingkari adalah pengkhususannya saja.
Demikian beberapa ibadah yang bisa penulis sebutkan pada artikel ini. Mudah-mudahan kita bisa mengoptimalkan latihan kita di bulan Sya’ban untuk bisa memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan bermanfaat. Aamiin.
Penulis: Said Yai Ardiansyah, Lc., M.A. Disarikan dari https://muslim.or.id/21581-optimalkan-ibadah-di-bulan-syaban.html
Pemurajaah: Ustaz Abu Salman, B.I.S.